Pada dasarnya dB merupakan perbandingan dari suatu besaran. Dalam
kuliah rekayasa radio, perbandingan yang sering digunakan adalah
perbedaan power. Perbandingan tersebut kemudian dinyatakan dalam bentuk
logaritma
agar mudah pengoperasiannya. Contoh:
Pada gambar tersebut terdapat dua buah titik (input dan output) serta
satu buah blok (amplifier). Pada titik, sebuah nilai pasti memiliki
satuan atau kita bisa sebut titik sebagai sebuah besaran. Sedangkan,
pada blok hanya ada sebuah numerik yang mengkonversi titik input menjadi
output. Seperti pada gambar di atas, input 2 mW dikuatkan sebesar dua
kali menjadi 4 mW. Jika kita menuliskan persamaan numeriknya, maka akan
menjadi 2 mW x 2 = 4 mW. Lalu, bagaimana jika ditulis dalam persamaan
logaritma atau dB?
Pertama, angka di belakang logaritma haruslah numerik. Tidak pernah
ditemukan dalam persamaan logaritma, angka yang dioperasikan memiliki
satuan. Sehingga, kita harus membandingkan dengan satuannya sendiri
untuk mendapatkan angka numeriknya saja. Pada kasus ini, karena titik di
atas memiliki satuan mW, maka kita bandingkan dengan 1 mW.
Agar angka tersebut berada di antara 1-10, maka kita kalikan sepuluh
dengan satuan deciBell. Oleh karena itu, kedua ruas pada persamaan baris
kedua kita kalikan dengan sepuluh.
Dengan persamaan di atas, kita tidak bisa membedakan mana titik
(input/output) dan mana blok (konversi). Maka, kita berikan tanda pada
titik sesuai dengan satuannya. Misalkan dB
m untuk mW dan dB
W untuk Watt. Sementara pada konversi tetap menggunakan satuan dB.
Combiner
Apa yang terjadi jika dua titik digabungkan? Pada numerik, titik
output adalah jumlah dari nilai masing-masing input. Secara fisik, dua
power digabung dengan combiner menjadi satu output. Contoh:
Titik input 1 = titik input 2 = 20 dB
W = 100 Watt. Titik output = 100 Watt + 100 Watt = 200 Watt. Dengan kata lain, 20 dB
W + 20 dB
W + 0 dB = 23 dB
W.
Sehingga, penjumlahan titik harus diubah terlebih dahulu ke dalam
numerik. Jika operasi tersebut menggunakan logaritma, bagaimana caranya?
Kesimpulan dari tabel di bawah ini adalah ternyata perhitungan dengan
logaritma bisa dilakukan lebih cepat tanpa harus melakukan dua kali
konversi ke bentuk numerik dan logaritma lagi, karena tabel di atas
membentuk sebuah pola yang berulang setiap sebelas kali. Selisih 5 dan 4
masing-masing satu kali, sementara selisih 3, 2, dan 1 masing tiga
kali.
Carrier to Noise Ratio (C/N)
Rasio
carrier dengan
noise-nya, dimana jika ada lebih dari satu
noise, maka penjumlahan C/N dari keseluruhan
carrier dan
noise akan menghasilkan sebuah
carrier dengan
noise yang sangat besar. Artinya, jika ada suatu
carrier diganggu oleh
carrier lain yang memiliki
power sama besar, maka hasilnya adalah setengah dari kedua
carrier tersebut, karena keduanya saling mengganggu. Jadi, hasilnya jelas lebih kecil dari C/N masing-masing
carrier. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut.
Adapun perhitungan matematisnya sama seperti bagaimana jika dua titik
digabungkan. Tabel yang digunakan pun sama. Namun, pada perhitungan
C/N,
carrier total didapat dari C/N terkecil dikurangi koreksinya. Misal, pada contoh di atas, C/N1 23 dB
W dengan C/N2 23 dB
W, maka faktor koreksi adalah 3 dB. C/Ntotal = 23 dB
W – 3 dB = 20 dB
W.