Selasa, 20 Desember 2011

Belajar Power Penguatan (dB)

Pada dasarnya dB merupakan perbandingan dari suatu besaran. Dalam kuliah rekayasa radio, perbandingan yang sering digunakan adalah perbedaan power. Perbandingan tersebut kemudian dinyatakan dalam bentuk logaritma agar mudah pengoperasiannya. Contoh:

Pada gambar tersebut terdapat dua buah titik (input dan output) serta satu buah blok (amplifier). Pada titik, sebuah nilai pasti memiliki satuan atau kita bisa sebut titik sebagai sebuah besaran. Sedangkan, pada blok hanya ada sebuah numerik yang mengkonversi titik input menjadi output. Seperti pada gambar di atas, input 2 mW dikuatkan sebesar dua kali menjadi 4 mW. Jika kita menuliskan persamaan numeriknya, maka akan menjadi 2 mW x 2 = 4 mW. Lalu, bagaimana jika ditulis dalam persamaan logaritma atau dB?
Pertama, angka di belakang logaritma haruslah numerik. Tidak pernah ditemukan dalam persamaan logaritma, angka yang dioperasikan memiliki satuan. Sehingga, kita harus membandingkan dengan satuannya sendiri untuk mendapatkan angka numeriknya saja. Pada kasus ini, karena titik di atas memiliki satuan mW, maka kita bandingkan dengan 1 mW.

Agar angka tersebut berada di antara 1-10, maka kita kalikan sepuluh dengan satuan deciBell. Oleh karena itu, kedua ruas pada persamaan baris kedua kita kalikan dengan sepuluh.

Dengan persamaan di atas, kita tidak bisa membedakan mana titik (input/output) dan mana blok (konversi). Maka, kita berikan tanda pada titik sesuai dengan satuannya. Misalkan dBm untuk mW dan dBW untuk Watt. Sementara pada konversi tetap menggunakan satuan dB.

Combiner
Apa yang terjadi jika dua titik digabungkan? Pada numerik, titik output adalah jumlah dari nilai masing-masing input. Secara fisik, dua power digabung dengan combiner menjadi satu output. Contoh:

Titik input 1 = titik input 2 = 20 dBW = 100 Watt. Titik output = 100 Watt + 100 Watt = 200 Watt. Dengan kata lain, 20 dBW + 20 dBW + 0 dB = 23 dBW. Sehingga, penjumlahan titik harus diubah terlebih dahulu ke dalam numerik. Jika operasi tersebut menggunakan logaritma, bagaimana caranya?
Kesimpulan dari tabel di bawah ini adalah ternyata perhitungan dengan logaritma bisa dilakukan lebih cepat tanpa harus melakukan dua kali konversi ke bentuk numerik dan logaritma lagi, karena tabel di atas membentuk sebuah pola yang berulang setiap sebelas kali. Selisih 5 dan 4 masing-masing satu kali, sementara selisih 3, 2, dan 1 masing tiga kali.

Carrier to Noise Ratio (C/N)
Rasio carrier dengan noise-nya, dimana jika ada lebih dari satu noise, maka penjumlahan C/N dari keseluruhan carrier dan noise akan menghasilkan sebuah carrier dengan noise yang sangat besar. Artinya, jika ada suatu carrier diganggu oleh carrier lain yang memiliki power sama besar, maka hasilnya adalah setengah dari kedua carrier tersebut, karena keduanya saling mengganggu. Jadi, hasilnya jelas lebih kecil dari C/N masing-masing carrier. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut.

Adapun perhitungan matematisnya sama seperti bagaimana jika dua titik digabungkan. Tabel yang digunakan pun sama. Namun, pada perhitungan C/N, carrier total didapat dari C/N terkecil dikurangi koreksinya. Misal, pada contoh di atas, C/N1 23 dBW dengan C/N2 23 dBW, maka faktor koreksi adalah 3 dB. C/Ntotal = 23 dBW – 3 dB = 20 dBW.

Minggu, 11 Desember 2011

ADC/PWM

Program ini adalah program ADC dan PWM untuk masukan pada port ADC 0 pada ATMEGA 8535 (pinA.0 ) dan keluaran pada pin OC0 di pinB.3.
NB : mode Phase correct,ADLAR=1,


.include "m8535def.inc"
.org 0x0000
main:
ldi r16,low(ramend)
out spl,r16
ldi r16,high(ramend)
out sph,r16

ldi r16,0x00
out ddra,r16
ldi r16,0xff
out ddrb,r16

ldi r16,0b10000111
out ADCSRA,r16
ldi r16,0b00100000
out ADMUX,r16

ldi r16,0x61
out TCCR0,r16
ldi r16,0
out TCNT0,r16

setadc:
SBI ADCSRA,ADSC

loop:
SBIS ADCSRA,ADIF
rjmp loop
in r16,ADCH
out OCR0,r16

resetadif:
CBI ADCSRA,ADIF
rjmp setadc


Brute Force Attack

Merupakan suatu cara memecah kunci dengan mencoba coba semua kmungkinan kunci yang ada. biasanya nilai brute force attack ini didapatkan dengan waktu tahunan (years).

1.      Secara matematis data dirumuskan sebagai berikut :
       Brute force attack (tahun) : (0.5 x t enkripsi x ∑ kemungkinan kunci ) / (365 x 24 x 3600)




Jumat, 09 Desember 2011

Algoritma Genetika

Pada proses enkripsi ini secret message disandikan dengan menggunakan algoritma genetika (Genetic Algorithm). Algoritma genetika itu sendiri adalah teknik pencarian yang di dalam ilmu komputer untuk menemukan penyelesaian perkiraan untuk optimisasi dan masalah pencarian. Algoritma genetik adalah kelas khusus dari algoritma evolusioner dengan menggunakan teknik yang terinspirasi oleh biologi evolusioner seperti warisan, mutasi, seleksi alam dan rekombinasi (atau crossover).
Algoritma Genetika pertama kali dikembangkan oleh John Holland pada tahun 1970-an di New York, Amerika Serikat. Dia beserta murid-murid dan teman kerjanya menghasilkan buku berjudul "Adaption in Natural and Artificial Systems" pada tahun 1975.
Algoritma Genetik khususnya diterapkan sebagai simulasi komputer dimana sebuah populasi representasi abstrak (disebut kromosom) dari solusi-solusi calon (disebut individual) pada sebuah masalah optimisasi akan berkembang menjadi solusi-solusi yang lebih baik. Secara tradisional, solusi-solusi dilambangkan dalam biner sebagai string '0' dan '1', walaupun dimungkinkan juga penggunaan penyandian (encoding) yang berbeda. Evolusi dimulai dari sebuah populasi individual acak yang lengkap dan terjadi dalam generasi-generasi. Dalam tiap generasi, kemampuan keseluruhan populasi dievaluasi, kemudian multiple individuals dipilih dari populasi sekarang (current) tersebut secara stochastic (berdasarkan kemampuan mereka), lalu dimodifikasi (melalui mutasi atau rekombinasi) menjadi bentuk populasi baru yang menjadi populasi sekarang (current) pada iterasi berikutnya dari algoritma.

Perbedaan Steganografi dan Kriptografi

Kriptografi secara umum adalah ilmu dan seni untuk menjaga kerahasiaan pesan. Kriptografi juga bisa didefinisikan sebagai ilmu yang yang mempelajari teknik–teknik matematika yang berhubungan dengan aspek keamanan informasi seperti kerahasiaan data, keabsahan data, integritas data, serta otentifikasi data.
Perbedaan yang mendasar mengenai kriptografi dan steganografi adalah hasil tampilan pesan ketika sudah disisipi pesan rahasia. Pada kriptografi pesan yang sudah disisipi pesan rahasia akan sangat berbeda dengan pesan sebelum disisipi pesan rahasia. Maka bagi pihak ketiga yang melihat pesan hasil keluaran kriptografi akan curiga walaupun pihak ketiga tersebut juga tidak mengetahui maksud dari pesan tersebut.
Sedangkan pada steganografi, pesan yang sudah disisipi pesan rahasia akan tampak sama (dengan kasat mata) dengan pesan sebelum disisipi pesan rahasia (pesan rahasia tersamarkan dalam cover text). Sehingga pihak ketiga tidak tahu bahwa dibalik pesan asli (cover text) tersembunyi pesan rahasia dibaliknya.
Keuntungan steganografi dibandingkan dengan kriptografi adalah bahwa pesan dikirim tidak menarik perhatian sehingga media penampung/cover text yang membawa pesan tidak menimbulkan kecurigaan pihak ketiga. 

Sejarah Setganografi

Teknik steganografi ini pertama kali digunakan pada tahun 440 SM , sewaktu itu Demaratus mengirimkan peringatan tentang serangan yang akan datang ke Yunani dengan cara menulis langsung pada permukaan kayu lilin tablet sebelum menerapkan pada permukaan lilin lebah diatasnya.
Herodatus, seorang penguasa Yunani mengirimkan pesan rahasia dengan menggunakanan kepala budak atau prajurit sebagai media. Caranya, rambut budak dibotaki , lalu pesan rahasia ditulis di kulit kepala budak. Setelah rambut – rambut budak tumbuh cukup banyak (yang berarti menutupi pesan rahasia) , budak tersebut dikirim ke tempat tujuan pesan untuk membawa pesan rahasia di kepalanya. Di tempat penerima , kepala budak dibotaki kembali untuk membaca pesan tersembunyi dibalik rambutnya. Pesan tersebut berisi peringatan invasi dari bangsa Persia.
Bangsa Romawi mengenal steganografi dengan menggunakan tinta tak tampak (invisible link) untuk menulis pesan. Tinta tersebut dibuat dari campuran sari buah, susu, dan cuka. Jika tinta digunakan untuk menulis maka tulisannya  tidak tampak. Tulisan di atas kertas tersebut dapat dibaca dengan cara memanaskan kertas tersebut.
Selama Perang Dunia II, agen–agen spionase juga menggunakan steganografi untuk mengirim pesan. Caranya dengan mengunakan titik – titik yang sangat kecil

sehingga keberadaannya tidak dapat dibedakan pada tulisan biasa yang diketik.
Saat ini steganografi sudah sangat banyak dikembangan dan diimplementasikan pada media digital sebagai media penampung, seperti citra digital, video digital, atau audio. Informasi yang disembunyikan juga berbentuk informasi digital seperti teks, citra, data audio, atau data video. Steganografi digital dapat digunakan di negara–negara yang menggunakan sensor ketat terhadap informasi atau di negara dimana pesan enkripsi dilarang. 

Steganografi

Steganografi adalah ilmu dan seni menyembunyikan pesan rahasia di dalam pesan lain sehingga keberadaan pesan rahasia tersebut tidak dapat diketahui oleh orang lain selain pengirim dan penerima yang dituju. Steganografi sangat berbeda dengan kriptografi. Jika kriptografi merahasiakan makna pesan sementara eksistensi pesan tetap ada, maka steganografi menutupi keberadaan pesan rahasia. Steganografi dapat dipandang sebagai kelanjutan atau perkembangan dari kriptografi dan dalam prakteknya pesan rahasia dienkripsi terlebih dahulu, kemudian chipher text disembunyikan di dalam media lain sehingga pesan rahasia tidak dapat diketahui oleh pihak ketiga. Pesan rahasia yang disembunyikan dapat diekstraksi kembali persis sama seperti aslinya.
Steganografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu “steganos” yang artinya “tulisan tersembunyi (covered writing)” dan “graphein” yang artinya  “untuk menulis“.  Di dalam teknik steganografi membutuhkan dua property yaitu media penampung dan pesan rahasia. Media penampung (covered media) yang umum digunakan antara lain : gambar, video, suara dan teks. Pesan yang disembunyikan dapat perupa sebuah artikel,gambar, daftar barang, kode barang, teks pesan dan lain lain.

Ada beberapa kriteria yang seharusnya dimiliki oleh sistem steganografi , yaitu:
1. Imperceptibility     
              Media cover dan media stego harus identik sehingga tidak diketahui keberadaan pesan     rahasia yang dipertukarkan.
2. Robustness           
Pesan rahasia yang disisipkan relatif tidak rusak jika media stego  mengalami proses pengolahan.
3. Capacity (kapasitas):
 Kriteria ini menunjukkan seberapa besar ukuran pesan yang dapat disembunyikan pada media cover dengan tetap memperhatikan kualitas media cover tersebut.

Just i am

Sekarang saya berumur 21 tahun, mahasiswa S1 jurusan Teknik Telekomuniakasi IT Telkom angakatn 2008.  Kesibukan lagi menyelesaika tugas akhir, menjadi asisten mikroprosesor dan mikrokontroller, meberi praktikum dan bimbingan tubes, aktif dalam organisasi/ comunity enthrepreneur IYES ( IT Telkom Young Enthrepreneur Comunity ).
Saya sedang mengejar target untuk lulus 3.5 tahun, InsyaAllah sidang bulan Januari dan wisuda bulan Maret 2012. setelah itu kayak mahasiswa pada umunya mencari pekerjaan. tapi lagi galau juga tentang masa depan.. mau bekerja atau melanjutkan S2 baik kelar negeri atau di Indonesia.